Minggu, 29 Desember 2013

pusi kita


Hari sepi

Josep Viar Suhendar

"Takan terkubur duniamu, takan tekubur!"

dibulan itu dia pergi diantar do'a-do'a hampa dengan isak sajak yang rahasia

seorang wanita hamil duduk di trotoar bayi dipangkuannya

mengulum ibu jari merah ungu

bukan di mana bukan pula ke mana

tapi di sini, nun di makam pengamen itu

piatu untuk seorang bayi tanpa seorang bapak

GRJS

Bang Togar

Joseph Viar Suhendar

Semalam tidurmu igaukan hidup di istana jadi raja tak berkawan

Teriakanmu lemah kawan, kemudian menghilang

Ah...teriakan begitu mana mungkin didengar para penumpang

Ingat hidup hanya sekecup buih

saksikan pedagang-pedagang pengeluh

jiwa-jiwa lunglai putus asa

berkali benturkan tubuh pada harga yang tak pernah diam

Hidup hanya sekecup buih, kawan

sekejap lenyap kenapa tak kau angankan jadi Tuhan menari riang di awan tak berkawan

GRJS

Penantian

Joseph Viar Suhendar

Perempuan murung itu semalam

tak henti menuliskan nama anaknya

pada jalan yang membentang hitam tak berujung


Ia cemas saat satPol-PP

meyeret anaknya

dibawa entah kemana


Anaknya menghilang pada kelokan jalan itu

Terdengar raung serine seperti

teriakan maling minta amoun saat dipukuli


Nama sekecil pun diucapkannya, kemudian

dilukis matanya yang sayu, bibir pucat dan gemetar

seketika ia pun memekik, terkenang

nasib anaknya yang bekerja sebagai joki.

tangan perempuan itu lunglai, warna hitam, gores lemah

merasa ada benang menusuk, melilit jantungnya

Dan ribuan anak yang senasib dengan anaknya menangis di sisinya


Siapakah yang bisa mengubah kenyataan ini

Mahasiswa, Seniman, Kiyai

Atau ribuan nama partai yang anda dukung

Ahh...entahlah


Aku dan Agnes Monika

Joseph Viar Suhendar


Aku menunggu depan tv

Agnes Monika Cuma lalu

Aku selalu rindu
Dan Agnes Monika tidak tahu


Aku menanti waktu

Waktu aku bertemu


Aku melupakan semua hayalanku

Karena Agnes Monika enggan menatapku


Aku kini berhati pilu

Pada gadis yang tak mau tahu.

GRJS


SEBELUM PERANG ITU DIMULAI

Joseph Viar Suhendar

sebelum perang itu dimulai
tak henti namamu ku panggil
dengan bisik yang tak pernah reda
kau merasakanya barangkali
tatapanmu tiba-tiba tertuju padakuaku
aku tertergun terserap langkah
dan senyum manismu menyeret tubuhku
tuk terhempas pada pelukmu
saat itu terasa sunyi
dekapmu menggoyangkan keteguhanku
untuk berasing sampai kata itu terhenti
dari pancaran matamu terlontar sebuah kata lewat rasa
entah apa
adegan itu begitu cepat berlalu
kemudian keos
kau melangkah di bawah cahaya lampu
bau tubuhmu tertinggal, menembus lubang pori-poriku
berkata seakan berkata "jika bahu indahmu tak sanggup menanggung beban hidup
sandarkan deritamu pada jembata halte busway atau pada pondasi mall termegah kota ini."
cinta malang. sayang gamang bergelayut erat pada lamunan
berkata seakan berkata " jika bahu indahmu tak sanggup menanggung beban hidup
sandarkan deritamu pada jembatam halte busway atau pada pondasi mall termegah kota ini.
GRJS
TAMAN LAWANG
Joseph Viar Suhendar
Taman lawang itu menganggung dosa sendirian, sering jeritnya
yang rahasia berlari di antara pedagang kaki lima yang diburu
segerombolan trantib

Kau tulis igaunya yang hitam mengendap di bayang-bayang tenda
tak memantulkan cahaya
Ia tulis igaunya yang hitam mengendap di bayang-bayang tenda
tak memantulkan cahaya
ia tulis rahasia syair dendam pada kerling penyayi dangdut lalu
rela cintanya ditukar sebotol minuman beralkohol

Segerombolan lelaki melata di atas perunya
mengukur berapa lelehan keringat pendakian itu
sebelum mengepalkan tinjunya ke langit dan membusungkan dadanya yang kosong
mulutnya yang busuk menumpahkan ribuan belatung dan ulat-ulat

Taman lawang itu membangun sorga dalam genangan air mata
menciptakan sungai sejarah sepanjang abad
GRJS

SURAT DARI HAM
Joseph Viar Suhendar

Dia hanya seekor kelinci dalam hutan belantara
tak ada yang peduli jika mati
diintai beribu pemangsa daging

Apa yang akan kau lakukan jika lapar menyengat lalu melihat seekor kelinci?
Dinding puing tembus bayang
Jalan lengang penuh rintang
Pada secarik kretas nasib ditulis
Namanya dicoret desas-desus

Sudah kami duga
dua jalan takdir bersimpangan
Mereka pilih ke kiri
Dia pasrah ke kanan
dia lengang
hanya menjadi puing dalam kenangan

GRJS

ASESORIS IBU KOTA
Joseph Viar Suhendar

Dalam bening mata Pak Sopir
para penumpang berlarian mengejar mobilnya

Panggilan mereka bukan bisik angin
yang membujuk umur. Terulur
melewati trotoar sepanjang jalan

Ke atas
Angan pun lepas
Putus
Yang tersisa diurat kemudi
hanya Jakarta yang kusut
terlilit berita buruk

Pengamen tua
bersimpuh di kontrakan kumuh
menina bobkan anaknya yang baru empat bulan

Di jalanan istrinya mengejar angkuta umum
hasil kecil
tak pasti
jauh
di atas langit
mereka berdo'a
do'a mereka melewati
pucuk puing gedung DPR
yang garing, hening, ringkih dan letih

GRJS

JAKARTA TRAUMA
Joseph Viar Suhendar

Kau memejam dan tak merasakan usapan tanganku lagi
bekas luka pada tubuhmu
terbayang Semanggi suatu petang
tempatmu menghembuskan napas terakhir

Kini Munir bersama engkau

Sekawanan semut menyeret bangkai nyamuk malam itu
Bayangmu teraba peluh dingin
benci dan gamang merasa terhianati

Pagi
Aku terjaga dari mimpi
Kau bangkit dari dasar cemin
membujukku menulis kisah pilu itu
dan simpan pada memory card
kepala rejim yang berkuasa saat itu

Kawan apakah dengan cara itu
keadilan akan menjadi tegas?
apakah dengan cara itu
kau bisa kembali ke bangku kelasmu?
GRJS

Lajang Tua
Joseph Viar Suhendar

Diam saat ku sapa. Sebelum ia tergeletak di kaki gedung
dadanya memar keningnya retak
entah kapan merencanakanya, mungkin jam 12 atau jam 24

Ruh menghilang sekian tatapan menerka bencana
darah mengalir, tubuh redam seperti papan galiung karam
di dasar teluk

Sering ia impikan kamarnya jadi istana
tidur memeluk cinta, mengakhiri berjuta hari masturbasi
dalam sunyi yang sepi
ketika terjaga hatinya ditempuh galiung pemanggang
tembus melewati kulit punggung
bimbang. Kelantai akhir ia menghantar
berdiri gamang, memandang udara, gelap, hampa dan gila
seakan girang menambalkan tumbal-tumbalnya
ia tidak ingin ingat nanti angan di hapus Tuhan
Dan malaikat itu hampir bosan menunggunya

Menanti berubahnya kontelasi bintang-binatang
di selatan yang tercipta dari oksigen dan cahaya kata-kata
GRJS
ATAU
Joseph Viar Suhendar

Setiap Wahono mengetamkan mobilnya di terminal Blok m
dari balik pintu terminal tiba-tiba muncul seorang laki-laki berseragam tegas
menghadang mobil Wahono. "Pilih tilang atau uang?"

"Beri saya kesempata mengantar para penumpang, agar
tanggung jawab saya berkurang, setelah itu tindaklah saya," Wahono mengiba

Setelah Wahono bicara laki-laki itu menghilang entah kemana
Wahono mengendari mobilnya dengan perasaan was-was:
jangan-jangan laki-laki itu akan menghadang di tengah perjalanan
Apa dosa Wahono? Ia tidak suka berkelahi terkecuali dengan istrinya di tempat tidur

Ketika Wahono mengetamkan mobilnya di terminal Blok m
dari balik pintu terminal tiba-tiba muncul seorang laki-laki berseragam tegas
menghadang mobil Wahono. "Pilih tilang atau uang?"
Wahono panik, ia menjawab sembarangan, "Saya pilih atau!
Laki-Laki itu ngakak, "kau pintar," katanya
Lalu laki-laki itu memukulkan pentungannya pada mobil Wahono sambil berkata, "carilah
bayak penumpang agar SIM dan STNKmu bika kau tebus."

GRJS

BINEKA TUNGGAL IKA
Joseoh Viar Suhendar

Jika kepalanya menunduk
bentuknya mungkin akan mirip Yesus disalib
sayapnya mengembang
jari kakinya mencengkram sebuah tulisan
BINEKA TUNGGAL IKA

Berjuta warna sngin riang menerbangkanya

Tunggu aku sampai mataku berlumut
dan tubuh mengeras besi
aku akan membuat tatapan dan senyum manismu
menuntunku membebaskan kesepianku

Kutuklah aku
jadi butir pasir
jadi lelehan baja
jadi apa saja
yang membuatmu bangga kepada diriku

GRJS

DI TENGAH PEJALANAN
Joseph Viar Suhendar

Ditengah perjalanan antara Blok m dan Pondok Labu
Kami bertemu setelah sekian lama saling menungggu
Ia pulang dari Blok m, aku sedang menuju Blok m
Ia mendadak terhenti, pandangnya ragu
Aku pun tertegun antara gugup dan rindu

"Hey, apa kabar?" Kami sama menyeru
Kami bertubrukan, berpelukan, di pinggir jalan
Waktu itu jam 12 siang
mentari memancar terik
kulit terasa kesat, peluh menembus dari setiap lubang pori-pori
"Jangan ke Blok m, di sana sangat berisik
Lebih baik ikut aku ke Pondok labu rumahku jauh dari keramaian pasar."
"Tapi Pondok Labu juga tak berawan sampai di sana kau akan tambah berkeringat
ikutlah aku jalan-jalan di Blok m Plaza, gerahmu akan kuredakan di twenty one."

Kami bersitegang seteru seperti seperti ingin saling mengalahkan
"Kau memang bangsat. Bertahun-tahun aku menunggu di Pondok Labu,
kau enak enak bermain di bermain di Mahakam."
"Kau sangat keparat. Bertahun-tahun aku menunggu di terminal blok m
kau enak-enak bermain di seputar Melawai."

"Bagaimana kalau kita gelut di Melawai?"
"Ah, lebih seru berkelahi di Hotel Mahakam."

Di tengah perjalanan antara Blok m dan Pondok Labu
Kami tak tahu siapa yang akan mampus duluan

GRJS

BERAKIT-RAKIT KE HULU BERENANG-RENANG KE TEPIAN
Joseph Viar Suhendar

Kubiarkan subur semua angan liar di tubuh yang kering ini
Setiap hari raya sentuhlah para pengemis
yang gemetar menanti keajaiban alam
lalu citaku melunaskan penantian itu

Ratusan waktu hanya berakhir sepersekian derik jariku
Kubayangkan kekayaan melimpah kumiliki sampai mati
tak ingin ku sadari makna
berakit rakit ke hulu berenang renang ke tepian
sadar diriku bodoh bagai serangga dungu
mengendap di antaramu yang cerdas

Aku pasti akan membuatmu iri
mengakhiri cerota kelasik ini
menggantinya oleh tertawa yang meneteskan air mata
menciptakan syair yang berbeda
ketiks ku tempuh hidup baru sepanjang jarak riwatku

GRJS

AKU

Joseph Viar Suhendar

Jadi budak yang cerdik
atau Presidaen yang licik
Sungguh ini pilihan yang sulit
dalam ruang hidupku yang sempit

Seseorang berbisik, lirih menahan lelah
solah membawa perintah dari jauh
"Apalah arti kalah, pastikanlah langkah."

Namun aku bimbang
takut permainan
perlahan jadi gaib
salah langkah dipenjara
Pikiran letih meraba arah angan
ingatan sesat dalam kota yang sesak

Aku kembali membaca kisah-kisah
Presidan yang mabuk tepuk tangan
Sekarang ia terbuang
matanya retak, merindu waktu kejayaan
menulis risalah tentang pasrah
dari awal sebab yang tak terjawab

GRJS

Tidak ada komentar: